Skip to content Skip to footer

Rilis Pers – Panggung Perempuan Merdeka: Bicarakan Keadilan Seksual dan Reproduksi

Yogyakarta, 10 Desember 2023

Panggung Perempuan Merdeka (PPM) merupakan sebuah festival rutin yang dikelola oleh sekumpulan kolektif pegiat perempuan. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari pada 9 dan 10 Desember 2023 di Jogja Nasional Museum (JNM) Bloc bertujuan untuk menyediakan ruang bagi masyarakat untuk membahas isu-isu seputar perempuan dengan lensa interseksionalitas. Tahun ini, kolektif pegiat perempuan mengusung topik seputar Keadilan Seksual dan Reproduksi, menyoroti tertinggalnya hak-hak perempuan dan kelompok marjinal dalam implementasi hak kesehatan baik secara umum maupun kesehatan seksual dan reproduksi. PPM diawali dengan kegiatan virtual pada 24 – 25 November lalu, berjudul Persidangan Perempuan, sebuah ruang yang menampung kesaksian ragam komunitas korban ketidakadilan. Kesaksian-kesaksian ini kemudian disusun menjadi rekomendasi yang dibacakan di Panggung Perempuan Merdeka.

“Berkaca dari pandemi COVID-19 yang kita alami sejak 2020 kemarin, kami melihat penanggulangan wabah dan layanan kesehatan acap kali mengabaikan perspektif gender.”  ucap Program Director Jakarta Feminist, Anidya Restuviani.

Lebih lanjut hilangnya pertimbangan gender dalam isu kesehatan dapat berdampak buruk bagi komunitas, khususnya perempuan dan kelompok termarjinalkan. 

“Implementasi program atau layanan kesehatan yang minim perspektif gender tentu berdampak pada kesejahteraan perempuan dan kelompok termarjinalkan. Data dari Komnas Perempuan menyebutkan angka kekerasan berbasis gender dan seksual selama COVID-19 meroket hingga 50%.” tambah Anindya Restuviani.

Selain itu, Perempuan Panggung Merdeka juga menekankan bagaimana perempuan dan kelompok termarjinalkan sangat mungkin mengalami kekerasan berlapis dalam mengakses layanan kesehatan. Untuk itu, diskusi inklusif yang melibatkan ragam kelompok masyarakat diperlukan.

“Di november kemarin saat Persidangan Perempuan kita menghadirkan lebih dari 20 kesaksian dari perwakilan ragam komunitas di akar rumput. Kemudian, di Panggung Perempuan Merdeka, mereka kembali berkonsolidasi dengan teman-teman pegiat perempuan yang memiliki fokus atau perhatian isu yang berbeda, yang mungkin selama ini tidak memiliki cukup ruang karena adanya represi sosial maupun hukum. Kami membayangkan percakapan seputar isu kesehatan bisa dilakukan secara inklusif.  Kita patut mendengarkan pengalaman teman-teman disabilitas, ragam suku, gender, dari cerita teman-teman yang hidup dengan HIV, yang ada di kampus, 

atau tempat kerja, yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga, pekerja pabrik, nelayan, dan lain-lain lebih dalam.” jelas Naila Rizqi, Advocacy Officer Jakarta Feminist.

Terdapat setidaknya 30 acara yang akan berlangsung, mulai dari diskusi, pameran seni, pertunjukan musik, bazar komunitas, pembacaan puisi, hingga lokakarya. Serangkaian acara ini juga melibatkan setidaknya 54 organisasi dan kolektif perempuan yang berada di sekitar Yogyakarta. 

“Di sini kita pakai pendekatan seni dan budaya jadi pesan yang disampaikan bisa dalam berbagai bentuk. Selain teman-teman pegiat perempuan, ada juga perwakilan tenaga kesehatan dan pihak terkait, yang harapannya kita bisa saling berbagi dan menyusun rencana atau langkah yang bisa dilakukan bersama supaya keadilan reproduksi dan seksual bisa dinikmati setiap orang.” tutup Khofifah, Program Officer Panggung Perempuan Merdeka.

Khofifah

Program Officer Panggung Perempuan Merdeka 2023

khofi@jakartafeminist.com

Leave a comment